Pulau Marampit
Masih di provinsi Sulawesi Utara, negara Indonesia tepatnya di kabupaten Kepulauan Talaud atau yang juga disebut Nusa Utara di kecamatan Nanusa ada satu pulau yang juga termasuk gugusan pulau – pulau terluar di Indonesia yaitu pulau Marampit.Seperti pulau – pulau terluar lainnya, pulau ini juga merupakan pulau yang memiliki panorama pantai yang indah.Terletak di laut Sulawesi yang berbatasan dengan negara tetangga Filipina di sebelah utara dan Samudera Pasifik di sebelah Timur, pulau dengan luas hanya 12 km2 ini memiliki 5 desa yaitu desa Marampit, Marampit Timur, Dampulis Utara, Dampulis Selatan dan Laluhe.Secara geografi pulau Marampit umumnya terdiri dari dataran rendah dan gundukan batu karang atau kapur.Sedangkan tumbuhan yang banyak terdapat di pulau tersebut adalah tanaman pohon kelapa yang merupakan mata pencaharian masyarakat disana selain sebagai nelayan.Sementara hamparan pasir putih yang mengelilingi pantai pulau tersebut membuat panorama indah pulau Marampit. Pulau Marampit kaya akan flora dan fauna endemik.Beragam flora dan fauna yang unik dapat ditemukan seperti Ketam Kenari, Merpati Hutan, dan Kingfisher dengan berbagai warna.
Sejarah Pulau Marampit
Di Pulau Marampit terdapat benteng karst peninggalan Kerajaan Bantek. Dari keterangan Naskah Ratu Banua, diketahui Kerajaan Bantek ada pada Abad ke 7 dan pernah berperang mempertahankan wilayah dari Kerajaan Zulu, Filipina.Kini reruntuhan benteng tersebut dapat dengan mudah ditemukan di Marampit. Dari benteng itu pula-lah terkuak bahwa Kerajaan Majapahit pernah singgah di Pulau Marampit. Hal ini bisa dilihat dari keramik yang tersisa di benteng karst tersebut.Dalam bahasa Talaud Marampit berarti Penutup, hal ini dikarenakan bentuk pulaunya. Konon, Pulau Marampit terletak di depan pulau Bantek, pulau besar yang bentuknya seperti tapal kuda dan bentuk tapal kuda tersebut seperti tertutup dengan adanya pulau Marampit.Pulau Bantek sendiri kini hanya tinggal cerita dan hilang akibat terjadinya gempa di sertai gelombang besar tsunami pada ribuan abad yang lalu yang hanya menyisahkan pulau Kakorotan dan pulau – pulau lainnya yang ada sekarang.
Untuk bisa mencapai pulau Marampit, akses yang bisa dilalui adalah dengan menggunakan kapal laut yang saat ini sudah dilayani oleh PT.Pelni yang bertolak dari kota Bitung yang letaknya kurang lebih 45 km dari kota Manado, ibukota provinsi Sulawesi Utara.Dengan rute yang sudah terschedule,kapal bisa sampai di pelabuhan Karatung,ibukota kecamatan Nanusa.Dari Karatung dengan menumpang kapal motor (speed boat) kita bisa langsung menuju ke pulau Marampit.Akses lainnya adalah dengan menggunakan angkutan udara dari Bandar udara Sam Ratulangi, Manado menuju ke kota Melonguane, ibukota kabupaten kepulauan Talaud kemudian dari Melonguane dilanjutkan dengan menumpang kapal motor kecil langsung menuju ke pulau Marampit.Dengan mengenal pulau – pulau yang tidak pernah kita ketahui sebelumnya semoga kebanggan kita akan kekayaan alam Indonesia semakin membuat kita bangga bahwa sesungguhnya di belahan lain NKRI kita ini masih ada tempat – tempat indah yang sebenarnya sangat layak untuk di jadikan obyek wisata yang perlu dikembangkan oleh pemerintah untuk kemudian di promosikan ke penjuru dunia.
Thursday, June 19, 2014
Wednesday, June 18, 2014
Pantai Pananualeng
Pantai Pananualeng
Kabupaten kepulauan Sangihe yang terletak di provinsi Sulawesi Utara, Indonesia merupakan hasil pemekaran dari kabupaten yang sebelumnya bernama kabupaten kepulauan sangihe dan Talaud di tahun 2000.Kabupaten yang terletak di antara pulau Sulawesi dan Pulau Mindanao (Filipina) ini juga terletak di bibir samudera pasifik .Kabupaten yang memiliki luas 1.012,94 km2 ini beribukota di Tahuna sebagai pusat pemerintahan.Sebagai daerah kepulauan sudah barang tentu ada banyak pantai baik yang terletak di pulau yang besar maupun pulau kecil yang bisa kita temui bila kita berkunjung di daerah tersebut.Panorama pantai yang bersih,alami dengan air lautnya yang jernih dan juga hamparan pasir putih serta terumbu karang yang tersebar di sepanjang garis pantai merupakan pesona alam yang akan membuat siapapun yang datang berkunjung kesana akan betah berlama-lama menikmati suasana pantai.Dan yang membanggakan adalah kebersihan pantai-pantainya yang masih tergolong perawan karena belum terkena imbas dari modernisasi pembangunan dengan banyaknya pabrik-pabrik yang membuang limbahnya yang bermuara kelaut yang sudah barang tentu dapat merusak ekosistem dan biota yang ada disekitar laut tersebut.Hal seperti ini banyak terjadi di kota-kota besar di pulau Jawa.
Sumber Gambar : http://www.panoramio.com
Di kabupaten kepulauan Sangihe terdapat salah satu pantai yang bisa dijadikan referensi bagi para pecinta wisata pantai.Tepatnya berada di kecamatan Tabukan Tengah di desa Tariang Baru.Pantai Pananualeng namanya.Tempat ini bisa dituju dari kota Tahuna ibukota kabupaten kepulauan Sangihe melalui jalan darat baik dengan kendaraan roda empat maupun sepeda motor. Pantai yang berjarak kurang lebih 26 km dari ibukota Tahuna ini menjadi obyek wisata pantai andalan di kecamatan Tabukan Tengah yang ramai dikunjungi oleh masyarakat setempat maupun di sekitarnya pada hari-hari libur.Bukan hanya turis lokal saja yang berkunjung kesana turis asing pun juga datang kesana walaupun hanya segelintir orang saja.Mereka bukan sekedar lewat dan mampir untuk kesana tapi tentu saja mereka adalah orang-orang yang memiliki kecintaan akan keindahan panorama pantai.Bagi yang suka diving dan snorkeling, menikmati keindahan pemandangan laut dan terumbu karang menjadi tujuan utama saat berkunjung kesana sedangkan bagi mereka yang sekedar ingin menikmati suasana pantai, berkeliling berjalan-jalan di hamparan pasir pantai yang putih atau berjemur di bawah sinar matahari bisa mendatangkan sensasi tersendiri.
Sebagai bagian dari Negara kepulauan Indonesia, provinsi Sulawesi Utara memiliki banyak pulau baik yang berpenghuni maupun yang tidak berpenghuni dengan panorama pantai yang tidak kalah dengan pantai-pantai yang ada di daerah lainnya di Indonesia seperti Bali dan Lombok.Hanya saja kurangnya fasilitas pendukung dan infrastruktur yang masih terbatas membuat tempat-tempat indah ini belum begitu tergarap dengan baik sebagai obyek wisata pantai yang sebenarnya jika dikelola dengan benar bisa mendatangkan devisa bagi negara dan juga bisa memberdayakan masyarakat di sekitarnya.
Sebagai bagian dari Negara kepulauan Indonesia, provinsi Sulawesi Utara memiliki banyak pulau baik yang berpenghuni maupun yang tidak berpenghuni dengan panorama pantai yang tidak kalah dengan pantai-pantai yang ada di daerah lainnya di Indonesia seperti Bali dan Lombok.Hanya saja kurangnya fasilitas pendukung dan infrastruktur yang masih terbatas membuat tempat-tempat indah ini belum begitu tergarap dengan baik sebagai obyek wisata pantai yang sebenarnya jika dikelola dengan benar bisa mendatangkan devisa bagi negara dan juga bisa memberdayakan masyarakat di sekitarnya.
Tuesday, June 17, 2014
Pulau Intata
Pulau Intata adalah termasuk di antara pulau – pulau terluar yang ada di Indonesia .Terletak di Laut Sulawesi dan berbatasan dengan negara Filipina. Pulau Intata ini merupakan bagian dari wilayah pemerintah Kabupaten Kepulauan Talaud kecamatan Nanusa dengan ibukota kecamatan Karatung, provinsi Sulawesi Utara. Pulau ini berada di sebelah utara dari Pulau Kakorotan dengan koordinat 4°38′38″ LU, 127°9′49″ BT.Pulau yang juga berhadapan langsung dengan lautan samudra Pasifik di sebelah Timur ini termasuk pulau yang sangat indah.Air laut yang jernih dengan pasir putihnya yang halus di tambah dengan suasana sepi karena pulau ini tak berpenghuni semakin membuat pulau dengan luas hanya 1 km2 ini terasa sangat eksotis apalagi bila matahari sedang terik.Iklim tropis memang membuat Indonesia kaya akan sinar matahari bila sedang musimnya.
Pulau Yang Pernah Tenggelam
Dari catatan sejarah masa lalu, pulau Intata dahulu sebenarnya tidak berdiri sendiri.Sebelumnya pulau ini menjadi satu dengan Pulau Kakorotan.Pulau Intata terbentuk akibat dari gempa yang sangat dahsyat di ikuti dengan terjangan gelombang tsunami di Pulau Kakorotan.Terjangan gelombang tsunami yang sangat dahsyat tersebut menyebabkan Pulau Kakorotan terbelah menjadi tiga yaitu Pulau Kakorotan, Pulau Intata dan Pulau Malo. Sejarah tenggelamnya sebagian daratan Pulau Intata ini masih bisa dilihat dari monumen yang sampai saat ini masih tegak berdiri di halaman rumah kepala adat desa Kakorotan / Ratumbanua di tengah – tengah Desa Kakorotan kecamatan Nanusa kabupaten kepulauan Talaud, Sulawesi Utara.
“….SEBAHAGIAN DARATAN PULAU INTATA TENGGELAM DAN PENGHUNINYA HANYUT OLEH AMUKAN OMBAK YANG DATANG DARI ARAH TIMUR LAUT SEBELAH LAUTAN PASIFIK.”
Sumber Gambar : http://sejarah.kompasiana.com
Demikian sedikit catatan peristiwa tenggelamnya sebagian daratan pulau Intata yang terjadi pada tanggal 10 Oktober 1014 jam 01.00 pada zaman Ratu Liunsanda, Hugu-Lalua dan Hugu-Panditan yang diabadikan dengan tulisan pada monument tersebut.
Festival Budaya Tradisi “Mane’e” Di Pulau Intata
Sumber Gambar : http://www.panoramio.com
Kearifan tradisi budaya lokal masih terjaga di Pulau Intata. Mane’e adalah festival budaya tradisional yang diadakan di Pulau Intata.Disaat tradisi budaya ini berlangsung, pulau yang tak berpenghuni ini menjadi ramai di datangi oleh ribuan orang yang berasal dari masyarakat yang tinggal di kepulauna Talaud bahkan dari Manado ibukota provinsi Sulawesi Utara. Sebuah tradisi menangkap ikan yang sangat unik kalau tidak di katakan ajaib. sebuah tradisi menangkap ikan yang dilakukan hanya dengan tangan kosong setelah sebelumnya ikan-ikan tersebut digiring menggunakan janur kelapa yang di susun saling berkait dengan akar kayu sebagai penautnya. menangkap ikan secara langsung juga dilakukan dengan jaring ikan kecil yang biasa disebut oleh masyarakat Nusa Utara sibu-sibu. Ketika air laut menyurut, janur lalu digiring menjadi sebentuk lingkaran yang lebih kecil. Nah, saat itulah tamu yang jumlah ribuan mulai masuk ke dalam lingkaran janur dan menangkap ikan sesuka hati mereka. Namun syaratnya, ikan tak boleh di jual, meskipun boleh dibawa pulang. Tradisi mane’e yang jika diindonesiakan menjadi kebersamaan ini memang lebih menekankan pada sisi kebersamaannya. Tradisi ini sendiri konon sudah ada sejak abad ke 17, bermula ketika Pulau Kakorotan diguncang gempa bumi dan tsunami. Sebelum prosesi ini dilakukan terlebih dahulu dilakukan doa bersama untuk meminta petunjuk kapan tepatnya tradisi ini harus dilaksanakan kepada Mawu Ruata (leluhur) dengan dipimpin oleh Inang Wanua dan Ratu Wanua (pemimpin adat). Budaya tradisi mane’e diadakan setiap tahun oleh warga masyarakat kepulauan Nanusa di Pulau Intata di minggu terakhir bulan Mei. Meskipun terletak di ujung Timur Laut kabupaten Kepulauan Talaud, masyarakat di Kabupaten Kepulauan Talaud berupaya untuk menyaksikan dan berpartisipasi dalam festival budaya tersebut,.Festival Mane’e sendiri oleh pemerintah provinsi sudah menjadi agenda wisata budaya yang setiap penyelenggaraannya selalu mendatangkan banyak turis baik lokal maupun mancanegara.Untuk menunjang pariwisata di Pulau Intata pemerintah provinsi juga berencana untuk membangun hotel dan fasilitas – fasilitas yang menunjang pariwisata di Pulau Intata tentu juga berharap adanya investor yang mau bekerjasama membangun pariwisata khususnya di Kepulauan Talaud yang sangat potensial sebagai obyek wisata pantai / bahari.
Dari catatan sejarah masa lalu, pulau Intata dahulu sebenarnya tidak berdiri sendiri.Sebelumnya pulau ini menjadi satu dengan Pulau Kakorotan.Pulau Intata terbentuk akibat dari gempa yang sangat dahsyat di ikuti dengan terjangan gelombang tsunami di Pulau Kakorotan.Terjangan gelombang tsunami yang sangat dahsyat tersebut menyebabkan Pulau Kakorotan terbelah menjadi tiga yaitu Pulau Kakorotan, Pulau Intata dan Pulau Malo. Sejarah tenggelamnya sebagian daratan Pulau Intata ini masih bisa dilihat dari monumen yang sampai saat ini masih tegak berdiri di halaman rumah kepala adat desa Kakorotan / Ratumbanua di tengah – tengah Desa Kakorotan kecamatan Nanusa kabupaten kepulauan Talaud, Sulawesi Utara.
“….SEBAHAGIAN DARATAN PULAU INTATA TENGGELAM DAN PENGHUNINYA HANYUT OLEH AMUKAN OMBAK YANG DATANG DARI ARAH TIMUR LAUT SEBELAH LAUTAN PASIFIK.”
Sumber Gambar : http://sejarah.kompasiana.com
Demikian sedikit catatan peristiwa tenggelamnya sebagian daratan pulau Intata yang terjadi pada tanggal 10 Oktober 1014 jam 01.00 pada zaman Ratu Liunsanda, Hugu-Lalua dan Hugu-Panditan yang diabadikan dengan tulisan pada monument tersebut.
Festival Budaya Tradisi “Mane’e” Di Pulau Intata
Sumber Gambar : http://www.panoramio.com
Kearifan tradisi budaya lokal masih terjaga di Pulau Intata. Mane’e adalah festival budaya tradisional yang diadakan di Pulau Intata.Disaat tradisi budaya ini berlangsung, pulau yang tak berpenghuni ini menjadi ramai di datangi oleh ribuan orang yang berasal dari masyarakat yang tinggal di kepulauna Talaud bahkan dari Manado ibukota provinsi Sulawesi Utara. Sebuah tradisi menangkap ikan yang sangat unik kalau tidak di katakan ajaib. sebuah tradisi menangkap ikan yang dilakukan hanya dengan tangan kosong setelah sebelumnya ikan-ikan tersebut digiring menggunakan janur kelapa yang di susun saling berkait dengan akar kayu sebagai penautnya. menangkap ikan secara langsung juga dilakukan dengan jaring ikan kecil yang biasa disebut oleh masyarakat Nusa Utara sibu-sibu. Ketika air laut menyurut, janur lalu digiring menjadi sebentuk lingkaran yang lebih kecil. Nah, saat itulah tamu yang jumlah ribuan mulai masuk ke dalam lingkaran janur dan menangkap ikan sesuka hati mereka. Namun syaratnya, ikan tak boleh di jual, meskipun boleh dibawa pulang. Tradisi mane’e yang jika diindonesiakan menjadi kebersamaan ini memang lebih menekankan pada sisi kebersamaannya. Tradisi ini sendiri konon sudah ada sejak abad ke 17, bermula ketika Pulau Kakorotan diguncang gempa bumi dan tsunami. Sebelum prosesi ini dilakukan terlebih dahulu dilakukan doa bersama untuk meminta petunjuk kapan tepatnya tradisi ini harus dilaksanakan kepada Mawu Ruata (leluhur) dengan dipimpin oleh Inang Wanua dan Ratu Wanua (pemimpin adat). Budaya tradisi mane’e diadakan setiap tahun oleh warga masyarakat kepulauan Nanusa di Pulau Intata di minggu terakhir bulan Mei. Meskipun terletak di ujung Timur Laut kabupaten Kepulauan Talaud, masyarakat di Kabupaten Kepulauan Talaud berupaya untuk menyaksikan dan berpartisipasi dalam festival budaya tersebut,.Festival Mane’e sendiri oleh pemerintah provinsi sudah menjadi agenda wisata budaya yang setiap penyelenggaraannya selalu mendatangkan banyak turis baik lokal maupun mancanegara.Untuk menunjang pariwisata di Pulau Intata pemerintah provinsi juga berencana untuk membangun hotel dan fasilitas – fasilitas yang menunjang pariwisata di Pulau Intata tentu juga berharap adanya investor yang mau bekerjasama membangun pariwisata khususnya di Kepulauan Talaud yang sangat potensial sebagai obyek wisata pantai / bahari.
Monday, June 16, 2014
Pantai - Pantai Indah Di Sulawesi Utara
Pantai – Pantai Indah di Sulawesi Utara
Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia.Gugusan pulau-pulau besar maupun kecil berjejer di sepanjang garis pantai negara ini.Hal ini tentu saja menjadikan Negara Indonesia sebagai salah satu destinasi wisata pantai/bahari yang sangat di inginkan oleh para pelancong untuk dikunjungi.Di provinsi Sulawesi Utara sendiri ada beberapa pantai baik yang sudah terkenal seantero dunia maupun pantai yang masih belum tergarap oleh pemerintah daerah setempat yang bisa dijadikan tujuan wisata .Beberapa diantaranya adalah :
1.Pulau Bunaken
Sumber Gambar : http://id.wikipedia.org/wiki/Taman_Nasional_Bunaken
Terletak di teluk Manado, pulau yang memiliki luas 8,08 km2 ini menjadi tujuan wisata pantai nomor satu di provinsi Sulawesi Utara.Keindahan taman laut Bunaken bahkan sudah terkenal sampai ke seluruh dunia.Bagi anda yang mempunyai hobby berwisata ke pantai tentu ada baiknya anda tidak melewatkan pantai yang satu ini karena anda akan di buat terkagum-kagum dengan keindahan taman laut Bunaken.Untuk menuju ke sana hanya dibutuhkan waktu 30 menit dari Manado dengan menumpang kapal cepat (speed boat).Bagi yang mempunyai hobby diving, anda bisa menyalurkan hobby anda tersebut karena disana ada kurang lebih 20 titik pennyelaman dengan kedalaman yang bervariasi.
2.Pulau Siladen
Sumber Gambar : http://wisatakuindo.blogspot.com
Masih di daerah Manado tepatnya di sebelah Timur Laut pulau Bunaken, hamparan pantai pasir putih yang mengelilingi pulau dengan luas 31,25 ha ini akan menawarkan banyak keindahan alam lautnya dengan biota laut yang beraneka warna dan rupa sehingga membentuk taman laut yang sangat mengagumkan. anda bisa berkeliling menikmati keindahan taman lautnya dengan menumpang perahu kaca (kataraman).bagi yang mempunyai hobby snorkling, diving dan menikmati hamparan pasir putih sambil berjemur setelah puas berkeliling, pulau ini ini bisa menjadi salah satu destinasi wisata di Sulawesi Utara yang jangan sampai anda lewatkan di berkunjung kesana.
3.Pulau Sara’a
Sumber Gambar : http://hardyminhard.files.wordpress.com
Terletak di kabupaten kepulauan Talaud yang termasuk dalam gugusan pulau – pulau terluar di Indonesia , tepatnya di antara pulau Salibabu dan Karakelang, pulau ini menyimpan potensi wisata bahari/pantai yang sangat mengagumkan.Pulau dengan luas 2,03 km2 ini dikelilingi hamparan pasir putih yang sangat halus dan bila terkena terik sinar matahari bisa memantulkan cahaya – cahaya bak butiran kristal yang sangat menawan.Pulau yang masih termasuk dalam wilayah kecamatan Lirung ini bisa di tempuh melalui kapal motor (speed boat ) hanya dalam waktu 5 – 15 menit saja.Pulau ini masih tergolong perawan karena belum banyak wisatawan baik asing maupun lokal yang berkunjung kesana.Bukan hanya pantainya saja, kawasan hutannya pun tergolong masih sangat perawan.Rimbunan pohon besar maupun kecil masih banyak tumbuh di pulau tersebut dan masih belum terjamah oleh tangan – tangan para perambah hutan.Panorama air lautnya yang jernih membuat terumbuh karang dan ikan yang ada di bawahnya terlihat sangat jelas.Bagi yang suka snorkling dan diving menikmati pemandangan taman laut yang indah bisa mendatangkan sensasi dan kepuasan tersendiri.Sayangnya, perhatian pemerintah daerah masih sangat kurang terutama fasilitas-fasilitas penunjang untuk menjadikan pulau ini sebagai ikon pariwisata bahari/pantai belum tergarap secara maksimal.
Subscribe to:
Posts (Atom)